Minggu, 28 Juli 2013

Perawatan dan penangkaran poksay hongkong

Poksay hongkong (Garrulax chinensis) termasuk salah satu jenis poksay paling popular di Indonesia. Sebagian sobat kicaumania menyebutnya poksay pipi putih atau poksay tompel, karena bagian pipinya berwarna putih. Di mancanegara, burung ini memiliki nama resmi black-throated laughingthrush. Sedangkan nama lokal di China antara lain witwang, poksay, dan san wu. Artikel kali ini mengenai perawatan dan penangkaran burung poksay hongkong.
Poksai hongkong
Poksay hongkong
Sebenarnya Om Kicau pernah menjelaskan secara khusus tips Sukses menangkar poksay hongkong. Artikel kali ini bersifat melengkapi artikel terdahulu, sekaligus sebagai penambah referensi, serta ditambah materi lain mengenai perawatan harian.
Poksay hongkong pernah popular di Indonesia pada dekade 1990-an, bahkan sempat merajai sejumlah pasar burung saat itu. Namun sejak kemunculan wabah SARS dan kasus flu burung pertama yang bermula dari China, keran impor burung ditutup rapat-rapat.
Hal ini berdampak pada mandeknya impor burung dari China, Malaysia dan Thailand, baik untuk jenis poksay hongkong, poksay jambul, robin, hwamei, sanma, pailing, dan sebagainya.
Pada awal tahun 2013, poksay hongkong dan burung impor seperti robin dan hwamei kembali meramaikan sejumlah pasar burung di Indonesia, khususnya di Jakarta, yang kemudian dipasarkan di PB Pramuka.
Namun, keran impor burung asal China kembali terhenti menyusul wabah flu burung jenis baru (H7N9). Meski demikian, beberapa burung asal China masih bisa dijumpai di PB Pramuka. Mungkin stok lama yang belum habis terjual, atau hasil breeding sejumlah penangkar burung di Indonesia.
Karena itu, inilah saat yang tepat untuk menangkar burung-burung asal China, termasuk poksay hongkong. Di satu sisi kita belum tahu kapan Pemerintah Indonesia membuka kembali keran impor burung asal China. Pada sisi lain, banyak kicaumania yang hingga kini terus mencari burung-burung asal China yang dikenal rajin bunyi dan volumenya sangat keras. Karena itu, penangkaran poksay hongkong memiliki prospek yang bagus.
Lima ras poksay hongkong
Poksay hongkong termasuk burung yang wilayah persebarannya terbatas di China dan kawasan Indochina, mulai dari wilayah selatan China (Yunnan, Guangxi, Guangdong dan Hainan), Myanmar, Thailand, Vietnam, Laos, dan Kamboja.
Ada lima subspesies atau ras dari poksay hongkong (Garrulax chinensis), yaitu :
  1. Garrulax chinensis chinensis : habitat di wilayah tenggara China, Laos, dan Vietnam.
  2. Garrulax chinensis lochmius : habitat di wilayah selatan China (Yunnan), wilayah timur Myanmar, wilayah utara Thailand, dan wilayah baratlaut Laos.
  3. Garrulax chinensis propinquus : habitat di wilayah selatan Myanmar dan wilayah barat Thailand.
  4. Garrulax chinensis germaini : habitat di wilayah selatan Vietnam dan Kamboja.
  5. Garrulax chinensis monachus : burung endemik di Pulau Hainan, China.
Lalu, mengapa burung ini disebut poksay hongkong, sementara spesies ini tidak dijumpai di Hongkong? Boleh jadi, inilah trik importir burung saat itu, dengan mengedepankan nama Hongkong.
Kemungkinan lain, pintu keluar burung ini saat hendak dibawa ke Indonesia adalah Hongkong, yang waktu itu masih berada dalam wilayah administratif Inggris. Sejak 1 Januari 1997, Inggris telah menyerahkan kembali wilayah Hongkong kepada Pemerintah China.
Sepintas lalu, ada kemiripan antara poksay hongkong dan chestnut-backed laughingthrush (Garrulax nuchalis). Perbedaannya, Garrulax nuchalis memiliki warna putih di bagian pipi yang melebar hingga menutupi cuping telinganya. Selain itu, bagian tengkuk hingga bahunya berwarna merah karat.
Perbedaan mencolok antara ras chinensis dengan ras nucholis
Perbedaan antara Garrulax chinensis dan Garrulax nuchalis
Habitat, perilaku, dan kebiasaan
Di alam liar, poksay hongkong mendiami kawasan hutan dengan pepohonan berdaun lebar dan cemara. Mereka juga sering terlihat berkembang biak di semak belukar, atau di antara rindang pepohonan bambu.
Pakan utamanya adalah serangga. Burung ini sesekali terlihat makan buah-buahan atau bagian dari tanaman termasuk biji. Mereka mencari makanan di pohon-pohon, semak, dan ranting pohon yang lebih rendah.
Poksay hongkong hidup berpasangan atau dalam kelompok kecil, baik burung sejenis maupun jenis poksai lain (kelompok laughingthrush). Mereka sering bersembunyi sehingga sulit untuk dilihat keberadaannya.
Musim kawin dimulai sejak Maret hingga Agustus. Siklus ini berlangsung setiap tahun. Biasanya pada bulan-bulan tersebut, poksay dewasa jantan akan terlihat lebih gacor daripada biasanya.
Sarang berbentuk mangkuk terbuka yang lebar dan terbuat dari rotan, bambu, daun-daun kering dan akar-akaran. Sarang akan ditempatkan dalam lokasi yang sangat tersembunyi di antara semak ataupun ranting-ranting pohon yang rindang, dengan ketinggian 1 – 2 meter dari permukaan tanah.
Perawatan poksay hongkong
Perawatan sebagian besar jenis burung poksay relatif mudah, demikian pula dengan poksay hongkong. Burung ini tidak terlalu merepotkan. Selama kondisinya fit dan sehat, mereka akan selalu rajin berkicau. Jadi, kunci perawatannya adalah membuatnya selalu sehat dan fit, agar mereka bisa menghibur kita dengan lagu-lagu merdunya.
Berikut ini intisari perawatan harian untuk poksay hongkong :
  • Perawatan harian dimulai dengan mengeluarkan burung sejak subuh, untuk tujuan pengembunan. Setelah itu, burung bisa diberi pakan berupa 2 ekor ulat bambu. Multi Vitamin, Kroto dan Buah pepaya bisa disediakan sebagai tambahan nutrisi bagi mereka.
  • Setelah matahari mulai terbit, mandikan burung, baik dengan cara disemprot (poksay sangat suka mandi dengan cara disemprot) maupun mandi dalam karamba.
  • Usai mandi, burung di angin-anginkan di tempat teduh selama beberapa menit agar bulu-bulunya kering.  Sambil dianginkan, burung bisa diberikan 3-5 ekor jangkrik dan 2 ekor ulat hongkong.
  • Penjemuran bisa dilakukan selama 1 – 1,5 jam, dan diakhiri sebelum matahari benar-benar makin terik.
  • Setelah penjemuran, burung bisa digantung di tempat teduh sampai sore hari. Sediakan kroto dan buah pepaya sebagai asupan tambahan bagi burung. Lebih baik lagi jika kroto atau buah diolesi dulu dengan multivitamin, untuk menjaga kondisi burung agar selalu fit sebagai syarat utama agar burung rajin bunyi,
  • Sore hari, berikan 3 ekor jangkrik dan 1 ekor ulat bambu.
  • Mandi sore bisa diberikan lagi, boleh juga tidak. Usai mandi sore, burung kembali diangin-anginkan di tempat teduh.
  • Mulai pukul 18.00, burung dimasukkan ke dalam rumah untuk beristirahat sampai pagi berikutnya.
Seperti halnya poksay mandarin, poksay hongkong pun menyukai mandi hujan-hujanan. Karena itulah, jika kebetulan turun hujan rintik-rintik ( tidak terlalu deras) pada pagi hingga siang hari, burung bisa diberikan mandi hujan-hujanan selama beberapa menit.
Untuk poksay bahan yang masih jarang berbunyi, Anda bisa memancingnya dengan suara poksay dari mp3 atau sumber lainnya. Meski termasuk burung koloni, jika sudah memasuki musim kawin, mereka cenderung bersifat teritorial. Untuk menunjukan sifat teritorialnya, mereka akan berkicau sambil mengeluarkan gaya tarinya yang indah denan mengangkat kedua sayapnya tinggi-tinggi dan bergoyang ke kiri dan ke kanan.
Tips singkat penangkaran poksay hongkong
Dalam penangkaran poksay hongkong, pastikan lokasi kandang aman dan terhindar dari gangguan baik dari binatang lain (kucing /  anjing) maupun gangguan manusia (suara bising, dll).
Salah satu hambatan terbesar dalam penangkaran poksay adalah sulitnya mendapatkan burung muda. Sebab, yang banyak dijumpai di pasar burung biasanya burung yang sudah tua. Belakangan ini, di PB Pramuka, mulai banyak dijumpai kembali poksay hongkong yang masih muda dan bisa dirawat sedemikian rupa untuk dijadikan calon induk.
Tetapi, bagaimana jika kebetulan kita hanya mendapatkan burung berusia tua, dengan ciri antara lain kakinya bersisik seperti sepatu bot? Jangan khawatir, untuk mendongkrak birahinya, Anda bisa memberikan terapi  yang sekaligus bisa meningkatkan fertilitas dan daya tetas telur.
Kandang penangkaran idealnya memiliki ukuran 4 x 4 m2 dan tinggi 2 meter. Jika lahan tidak memungkinkan, ukuran kandang bisa diperkecil menjadi 1 x 2 m2 dan tinggi 2 meter. Masukkan tanaman berdaun rindang ke dalam kandang penangkaran, untuk menciptakan kemiripan situasi dengan kondisi di alam liar. Apalagi poksay hongkong memiliki kebiasaan sering bersembunyi di tempat rindang, termasuk membangun sarangnya di balik dedaunan rindang tersebut.
Kandang penangkaran poksai hongkong
Kandang penangkaran poksay hongkong lengkap dengan tanaman.
Bahan sarang bisa menggunakan jerami atau rumput kering, serat nenas, daun cemara kering, serat goni atau material sarang lain yang bisa dibeli di toko burung. Sebagian bahan sarang disebarkan di dasar kandang, dan sebagian lagi disebarkan di antara ranting-ranting oepohonan yang ada di dalam kandang tersebut.
Sarang tersebut nantinya akan dibuat sendiri oleh burung dan disusun di antara ranting dan kerindangan daun dari tanaman yang sudah disediakan. Jadi, Anda tidak perlu membuatkan sarang untuk mereka.
Proses perjodohan tidak terlalu sulit, cukup dengan menempelkan sangkar yang berisi burung jantan dan burung betina setiap hari. Tahap perkenalan ini akan berlanjut ke tahap saling mengikat yang ditandai dengan tarian khas burung jantan dan suara balasan yang khas dari burung betina.
Suara poksay hongkong sekaligus bisa dijadikan media untuk membedakan jenis kelamin burung. Burung jantan memiliki suara yang sangat bervariasi, sedangkan burung betina tak bisa berkicau dan hanya memiliki nada panggilan (call) saja.
Setelah berjodoh, burung bisa secepatnya dimasukkan ke dalam kandang penangkaran, yang di awali dengan burung betina dulu. Masukkan burung betina pada pagi hari, kemudian burung jantan baru dimasukkan pada malam harinya.
Pakan yang diberikan adalah voer dan serangga seperti jangkrik dalam jumlah cukup (misalnya 10 ekor) yang diberikan pagi dan sore hari. Jangkrik bisa dispet dengan BirdMature, karena suplemen ini perlu diberikan tiap hari sampai induk betina mengerami telurnya. Tambahkan ulat hongkong dan ulat bambu setiap harinya.
Poksay betina akan membuat sarangnya tersembunyi di antara dedaunan rindang yang sudah disediakan, dan pada masa itu mereka tidak boleh terganggu, baik oleh manusia maupun binatang lainnya. Sebab, gangguan bisa menyebabkan mereka akan membuang dan mengabaikan telurnya.
Poksai yang sedang bersarang
Poksay yang sedang bersarang.
Induk betina umumnya akan menghasilkan telur sebanyak 2 –  4 butir, yang akan dieraminya selama 17 hari.
Piyik poksai
Piyik poksay yang baru menetas.
Setelah menetas, anakan akan tumbuh dengan cepat. Mereka umumnya sudah menjadi mandiri saat berumur 14 – 16 hari. Burung-burung muda atau trotolan ini akan benar-benar disapih setelah berumur 35 – 45 hari.
Poksai muda
Poksay muda.
Pada masa pelolohan tersebut, pemberian pakan serangga bisa ditingkatkan menjadi 2 -4 kali lipat dari biasanya.
Tetapi, Anda juga bisa memanen anakan sejak awal, pada umur 10 hari. Anakan diangkat bersama sarangnya dan dirawat dengan cara handfeeding. Metode ini bisa mempercepat burung cepat jinak dan cepat bunyi saat dewasa nanti. Dengan pemanenan lebih awal, induk juga bisa kembali berproduksi.
Meski memiliki keterbatasan dalam suara kicauannya, poksay hongkong bisa dimaster dengan suara burung lainnya. Berikut ini dua video poksay hongkong sebagai tambahan bekal bagi Anda yang ingin menangkarnya.
Video burung poksai hongkong
Video burung poksai hongkong + hwamei
Semoga bermanfaat.

Mencari penyebab mabung berlangsung lama

Lama proses ganti bulu (moulting), mulai dari awal rontok bulu hingga sempurnanya pertumbuhan bulu-bulu baru, pada burung tidak bisa digebyah-uyah dalam hitungan minggu atau bulan secara seragam. Setidaknya ada dua faktor awal yang berpengaruh di sini, yaitu jenis burung kicauan dan karakter individu burung. Kalau masa mabung berlangsung terlalu lama, di luar waktu normal, barulah kita cari penyebabnya. Oke, berikut ini beberapa penyebab burung mabung terlalu lama.
Apa yang menyebabkan proses mabung pada burung berlangsung begitu lama ? Pertanyaan seperti ini sering dilontarkan sobat kicaumania, baik dalam forum burung di website maupun forum burung di facebook.
Korban kegalauan pemiliknya
Mabung terlalu lama
Bahkan karena kesal atau justru kasihan, beberapa penggemar burung malah nekat merontokkan bulu dengan cara mencabuti bulu-bulu yang tidak segera rontok, dengan harapan bulu baru akan segera tumbuh.
Meski dalam beberapa kasus, kicaumania tak memperoleh dampak negatif melalui tindak pemaksaan tersebut, Om Kicau menyarankan jangan sekali-sekali merontokkan bulu dengan cara dicabut.
Sebab ketika tunas bulu masih tertancap kuat di bawah kulit, berarti di sana ada pembuluh darah dan saraf. Kira-kira, sama seperti gigi manusia yang oglak-aglik namun belum juga tanggal. Ada yang memaksa mencabutnya dan tak berdampak negatif, tetapi ada juga yang berujung kematian seperti dialami almarhum pelawak Leysus.
Seperti dijelaskan di awal, lama masa mabung pada burung tergantung dari jenis burung dan karakter individu dari burung itu sendiri. Ada satu hal lagi yang terkait dengan keberadaan kita sebagai penggema burung, yaitu aspek perawatan selama masa mabung.
Jenis burung dan lama mabung
Beberapa jenis burung memiliki masa  mabung yang relatif pendek, misalnya saja cucak hijau. Tetapi beberapa jenis burung lainnya memiliki masa mabung yang sangat panjang, misalnya kakatua (7 – 9 bulan). Berikut ini lama mabung pada beberapa jenis burung kicauan :
  • Kenari : Rata-rata 4 –  6 minggu, meski ada juga yang mengalami masa mabung hingga 6 – 7 minggu.
  • Lovebird : Rata-rata 2 – 3 minggu.
  • Pleci : Rata-rata 3 –  4 minggu.
  • Burung kicauan lainnya memiliki masa mabung bervariasi, rata-rata  4 – 6 minggu.
Kalau proses mabung melebihi batas waktu normal, silakan dicek mengenai perawatan yang diberikan selama masa mabung. Kalau Anda merasa sudah memberikan perawatan secara benar, sangat dimungkinkan mabung yang terlalu lama ini disebabkan faktor individu burung. Ini sangat terkait dengan faktor genetis (keturunan), yang memaksa kita hanya bisa pasrah dan sabar.
Bagaimana cara mengetahui bahwa kita sudah memberikan perawatan secara benar ketika burung memasuki masa mabung. Berikut ini beberapa kelalaian yang sering kita lakukan dalam merawat burung mabung. Kalau Anda tak pernah melakukannya, berarti cara perawatan Anda relatif sudah benar.
Burung mabung
Burung mabung.
Pertama, masih memperlakukan burung mabung tidak berbeda dari perawatan harian. Padahal, kondisi fisiologis burung yang mabung dan tidak mabung sangat berbeda. Kondisi burung mabung relatif sensisitif dan lemah, seperti nggreges pada manusia.
Beberapa kelalaian yang sering dilakukan saat burung mabung antara lain:
  • Tetap melombakan burung dan / atau mempertemukannya dengan burung sejenis. Misalnya pada burung tipe fighter seperti murai batu, kacer, pentet, dan tledekan, maupun tipe semi-fighter seperti cucak hijau.
  • Tidak memberikan banyak waktu bagi burung untuk beristirahat, terutama pada malam hari. Misalnya, sangkar tidak dikerodong dan lampu dibiarkan terus menyala.
Kedua, mengabaikan masalah pakan hanya karena burung sudah tidak dilombakan lagi. Burung yang mabung tetap membutuhkan pakan dengan kadar protein dan kalori tinggi. Kalori merupakan sumber energi yang diperlukan untuk merontokkan bulu (awal moulting).
Adapun protein sangat diperlukan dalam rangka menumbuhkan bulu-bulu baru. Sebab, selain kalsium dan fosfor, material penting untuk menumbuhkan bulu baru adalah keratin, salah satu jenis asam amino esensial. Asam amino terkandung dalam protein.
Malnutrisi, atau kekurangan nutrisi, selama burung mabung akan membuat penderitaan burung bertambah, dan biasanya berujung pada stres. Itu sebabnya, tidak sedikit burung jawara yang tiba-tiba macet bunyi usai mabungnya rampung. Butuh terapi khusus dan waktu lama untuk membuatnya kembali gacor.
Namun, pemberian protein juga perlu dipantau sedemikian rupa, sehingga tidak menyebabkan burung malah over birahi selama masa mabung. Beberapa pemain murai batu, misalnya, mengkombinasikan pemberian kroto (sumber protein) dan ulat kandang (peredam birahi) untuk gaconya yang sedang mabung.
Kesalahan dalam perawatan burung selama mabung inilah yang kerap membuat burung stres, dan hal ini akan memperlambat proses ambrolnya bulu maupun memperlambat proses tumbuhnya bulu baru. Akibatnya, masa mabung pun molor terlalu lama.
Perawatan selama masa mabung
Lalu, bagaimana perawatan mabung secara benar ? Untuk detailnya, Anda bisa membuka kembali arsipnya di sini.
Burung mabung
Burung yang sedang mabung.
Selain itu, Anda juga bisa mempelajarai pola perawatan burung mabung, khususnya untuk jenis burung yang sering dilombakan. Caranya, lihat menu bar di bagian atas halaman ini. Arahkan kursor pada tulisan Halaman Burung. Nanti akan terlihat beberapa jenis burung. Silakan klik jenis burung yang diinginkan.
Selanjutnya, akan terbuka halaman dari jenis burung yang Anda klik. Misalnya murai batu. Di sana pasti akan Anda jumpai beberapa artikel mulai dari perawatan harian, perawatan lomba, penangkaran, hingga perawatan selama masa mabung. Nah, klik saja perawatan selama masa mabung.
Melalui penelitian bertahun-tahun, Om Kicau menyimpulkan bahwa burung-burung yang sedang mengalami masa mabung sebenarnya bisa dijaga agar kondisinya tetap fit. Istilahnya, bisa meredam rasa nggregesi yang sering menjadi penyebab burung stres.
Karena proses moulting pasti melibatkan dua tahap, dengan kebutuhan nutrisi yang berbeda, maka Om Kicau pun sejak dua tahun lalu meluncurkan dua produk terkait proses rontok bulu.
Mohon diingat, produk Om Kicau hanyalah alat bantu. Kunci paling utama adalah ketelatenan dalam merawat burung mabung, serta pemahaman mengenai apa yang seharusnya tidak dilakukan saat burung mabung, seperti dijelaskan di atas.
Misalnya, jangan lupa mengerodong burung mabung untuk memberikan ketenangan bagi mereka. Selepas maghrib, lampu ruangan di mana burung disimpan sebaiknya dimatikan agar burung bisa istirahat total.

Semoga bermanfaat.

Deteksi gangguan pernafasan pada burung

Kasus kematian Natalia, murai batu blacktail yang kerap menjuarai even nasional dalam beberapa tahun terakhir, memang menyentakkan kita semua. Kematian burung memang sebuah keniscayaan, sebagaimana kematian manusia. Penyebabnya bisa penyakit dan non-penyakit. Om Gunawan, sang pemilik, mengatakan Natalia mati setelah sebulan mengalami gangguan pernafasan. Tetapi tak mudah mendeteksi apa penyakitnya. Sebab penyakit yang terkait dengan saluran pernafasan sangat beragam, sehingga perlu dideteksi secara cermat.
Jauh sebelum Natalia terserang penyakit pernafasan, Om Kicau juga sering menerima keluhan dari beberapa sobat kicaumania mengenai burungnya yang terserang gangguan kesehatan serupa. Gejala umum yang sering dilaporkan adalah nafas berbunyi seperti ngorok. Bunyi ini makin jelas terdengar pada malam hari (karena suasana lebih hening).
Hampir semua penyakit pernafasan memiliki gejala klinis berupa ngorok. Karena itu, ngorok bukanlah jenis penyakit, tetapi hanya gejala. Adapun penyakitnya sangat beragam. Bahkan burung yang ngorok pun belum tentu menderita penyakit pernafasan, melainkan “sekadar” mengalami gangguan pernafasan.
Apa yang ingin disampaikan Om Kicau di sini lumayan panjang, karena memang tidak bisa dijelaskan secara sepotong-sepotong. Makanya, artijkel dipilah menjadi beberapa halaman. Anda tinggal mengklik mana info yang dibutuhkan. Tetapi, jika ada waktu senggang, disarankan untuk membaca seluruh rangkaian artikel ini agar tak muncul penyesalan di kemudian hari.
Seluruh materi dalam artikel ini berlaku untuk semua jenis burung, baik burung kicauan, merpati balap, perkutut, burung hias, dan sebagainya. Semoga informasi ini bisa membantu meningkatkan pemahaman soal penyakit dan gangguan pernafasan pada burung. Setidaknya, pengetahuan ini dapat membuat Anda berjaga-jaga dan lebih siap dalam mengantisipasi berbagai kemungkinan buruk yang terjadi.
SISTEM PERNAFASAN PADA BURUNG
Sistem pernafasan burung
Sebelum bicara lebih lanjut, sangat penting bagi kicauamania untuk memahami sistem pernafasan pada burung kicauan. Namun, bagi yang malas belajar (he.. he.. he..), Anda bisa melewati bagian ini. Bagi yang berminat, silakan klik saja tulisan Baca lebih lanjut.
Baca lebih lanjut
DELAPAN JENIS PENYAKIT PERNAFASAN
Dalam penjelasan mengenai sistem pernafasan pada burung (hayooo… sudah dibaca belum?), sudah diuraikan bahwa udara mengandung partikel-partikel super imut (mikron), yang dapat berupa debu maupun bibit penyakit seperti virus, bakteri, spora jamur, hingga parasit.
Debu pada umumnya bisa ditangkal melalui penyaringan oleh bulu-bulu getar (silia) yang terdapat di dalam rongga hidung burung. Demikian pula bibit penyakit tertentu, yang diameter 3,7 – 7,0 mikron, akan tertangkal oleh silia. Efek dari penangkalan bisa berupa bersin atau batuk.
Tetapi kalau diameter bibit penyakit kurang dari 3,7 mikron, apalagi lebih kecil dari 1,0 mikron, maka bibit penyakit ini berpeluang masuk ke dalam saluran pernafasan burung, mulai dari larynx, trakea, bronkus, bronkiolus, parabronkus, paru-paru, dan kantung udara.
Sebagian bibit penyakit yang lolos akan tertangkal pula oleh enzim proteolitik dan surfaktan yang ada di trakea, bronkus, dan bronkiolus. Tetapi ini hanya bisa terjadi pada burung yang kondisinya fit. Jika kondisi burung tidak fit, maka sangat dimungkinkan bibit penyakit dalam jumlah besar tetap bisa lolos dan masuk ke saluran pernafasan lebih dalam, seperti paru-paru dan kantung udara.
Kalau masih lolos dari penangkalan enzim proteolitik dan surfaktan, sebagian bibit penyakit itu bakal ditangkal lagi oleh beberapa antibodi dari kelompok imunoglobulin (Ig) tipe A, E, dan G. Tetapi, sekali lagi, ini juga hanya dimungkinkan ketika kondisi burung masih lumayan fit. Apabila kondisinya sudah payah, bibit penyakit pada akhirnya “memenangi peperangan” melawan sistem pertahanan di dalam tubuh burung. Akibatnya, burung pun akan terserang penyakit pernafasan.
Namun, penyakit pernafasan pada burung sangat beragam. Berdasarkan literatur kesehatan unggas, sedikitnya ada tujuh penyakit pernafasan yang sering menyerang pada unggas, termasuk burung. Sebagian penyakit hanya menyerang organ pernafasan saja, tetapi sebagian penyakit menyerang organ pernafasan dan organ tubuh lainnya, seperti pencernaan dan saraf.
Penyakit yang hanya menyerang organ pernafasan :
Penyakit yang menyerang organ pernafasan dan organ tubuh lainnya:
Silakan klik masing-masing jenis penyakit di atas, untuk melihat detailnya.
NGOROK BELUM TENTU PENYAKIT
Sebenarnya ngorok pada burung bukanlah penyakit, tetapi salah satu gejala klinis dari dari gangguan pernafasan. Gangguan pernafasan bisa berupa penyakit, bisa juga bukan penyakit. Pasalnya, ngorok pada burung dapat disebabkan agen penyakit (infeksius) dan non-infeksius.
Agen penyakit tidak lain bibit penyakit seperti virus, bakter, jamur, dan parasit. Jika agen penyakit ini menyerang pada saluran pernafasan, maka burung akan menderita penyakit pernafasan yang terdiri atas sedikitnya tujuh jenis seperti dijelaskan sebelumnya.
Adapun agen non-infeksius antara lain udara yang berdebu, amonia (terutama dari kotoran burung), dan perubahan cuaca. Karena itu, penting juga untuk mengetahui hal ini. Jika ingin mengetahui efek dari amonia, udara berdebu, dan perubahan cuaca, silakan klik Baca lebih lanjut di bawah ini.
Baca lebih lanjut
MENCEGAH LEBIH BAIK DARIPADA MENGOBATI
Bagi yang sudah membaca tujuh penyakit pernafasan pada burung, maupun gangguan pernafasan non-infeksius, terdapat beberapa kesamaan dalam mencegah munculnya gangguan pernafasan. Jadi, sangat penting untuk melakukan tindakan pencegahan. Sebab, mencegah lebih mudah (bahkan lebih baik) daripada mengobati. Tingkat keberhasilan pencegahan jauh lebih tinggi daripada keberhasilan dalam pengobatan penyakit pernafasan.
Berikut ini beberapa resume mengenai tindak pencegahan yang perlu dilakukan, agar burung gacoan Anda dalam lomba, hiburan Anda di rumah, maupun burung penangkaran, bisa terhindar dari aneka gangguan pernafasan, apalagi penyakit pernafasan :
  1. Jaga kebersihan kandang / sangkar. Jangan biarkan kotoran burung menumpuk, karena di dalam kotoran burung terkandung amonia. Jika kotoran dibiarkan menumpuk, kadar amonia makin tinggi dan peluang burung menghirup amonia makin besar. Pembersihan kotoran bisa dilakukan dua kali sehari: pagi dan sore. Jika tidak sempat, setidaknya setiap pagi hari.
  2. Bersihkan pula wadah pakan, wadah air minum, dan tenggeran secara berkala. Jika burung dipelihara dalam kandang, semua aksesoris di dalam kandang harus dibersihkan secara berkala. Jangan biarkan debu menumpuk pada benda-benda di dalam kandang / sangkar.
  3. Biasakan menyucihamakan kandang / sangkar, minimal seminggu sekali, menggunakan desinfektan khusus untuk burung. Desinfektan ini berfungsi mematikan bibit penyakit yang mudah masuk ke kandang / sangkar, baik virus, bakteri, jamur, maupun parasit.
  4. Dalam berbagai penjelasan mengenai tujuh penyakit pernafasan pada burung, infeksi bibit penyakit umumnya terjadi akibat burung dalam kondisi tidak fit dan / atau stres. Karena itu, disarankan rutin memberikan multivitamin, minimal 3 kali dalam seminggu. Burung yang kondisinya fit akan memiliki pertahanan tubuh yang lebih daripada burung yang dalam kondisi tidak fit dan / atau stres.
  5. Setiap terjadi serangan penyakit pernafasan, usahakan burung dipisahkan dari burung lain (jika dipelihara dalam kandang koloni), atau dijauhkan dari sangkar burung lain yang sehat. Burung yang sakit kemudian diobati sampai sembuh, sesuai dengan petunjuk yang telah diberikan Om Kicau.
  6. Ada beberapa penyakit pernafasan tertentu yang hingga kini belum ada obat yang efektif mampu menyembuhkan, terutama yang disebabkan virus. Om Kicau juga sudah memberikan arahan, setidaknya untuk meringankan penderitaan burung. Dalam beberapa kasus, burung juga bisa sembuh dari penyakitnya melalui cara yang dianjurkan Om Kicau, tetapi sebaiknya tidak dipelihara bersama burung lain yang masih sehat.
  7. Jika terjadi salah satu penyakit pernafasan, maka kandang / sangkar yang digunakan burung tersebut harus disucihamakan, misalnya menggunakan FreshAves, kemudian dikosongkan minimal 1 minggu.

Semoga bermanfaat.

Sumber  : Om Kicau

Jumat, 19 Juli 2013

Berternak AK ala Medang

Salam KM,
Sekedar untuk sharing, dan kebetulan ane sudah sedikit bisa berternak AK, ane coba untuk sedikit cerita pengalaman ane berternak AK. Dengan uji coba dan tanya-tanya sana-sini akhirnya ada juga pasangan AK yang mau beranak pinak di dusun Medang yang luar biasa cuacanya panas, apalagi musim kemarau ini. Dan mohon ma'af sebelumnya kalau cara berternak medang nggak sama dengan yang lain atau diluar kaedah berternak AK pada umumnya , dan berternak ala medang ini silahkan aja diikuti, tapi bukan berarti menjadi patokan karena tingkat keberhasilannya masih diragukan.. heheheh

Ok deh... kita mulai sharingnya.

I. Pemilihan Induk
Dalam berternak AK maka hal utama dan pertama adalah pemilihan induk.

Induk Jantan



1. Pilihlah induk jantan yang sudah cukup umur kira-kira 3 kali masa mabung, dan sudah "beradaptasi" dengan lingkungannya. Maksud adaptasi ini adalah, sudah gacor dan ngerol.
2. Pilihlah induk yang sehat dan usahakan tidak ada cacat fisik yang berarti.
3. Optional, Penjatan Tangguh dengan kualitas yang baik, syukur-syukur pernah menjadi jawara. Secara fisik, body singset dan panjang, istilah umumnya lencir, mata belok, paruh panjang, lurus dan tebal, kepala papas bagian atasnya. Kalau berdiri terlihat gagah, dan posisi berdirinya tegak.

Induk Betina



1. Pilihlah Induk betina yang cukup umur atau sekitar 2 kali masa mabung
2. Pilih induk betina yang sehat, dan usahakan tidak ada cacat fisik yang berarti
3. Dan pilihlah induk yang sudah birahi, alias ngeper kalau ketemu jantan, tidak liar atau giras.
4. Usahkan mempunyai lebih dari satu induk betina sebagai cadangan jika induk betina yang satu tidak jodoh dengan induk jantan yang sudah kita pilih.

II. Masa penjodohan

Setelah kita memiliki sepasang indukan pilihan, maka proses selanjutnya adalah penjodohan.

1. Gandengkan kandang jantan dan betina

Pertama-tama, gantang atau tempatkan kandang betina dan pejantan dalam posisi yang bersebelahan, dan berdempetan agar jantan dan betina saling mengenal. Proses ini bisa memakan waktu 1 hari, 1 minggu, bahkan 1 bulan, tergantung ketertarikan masing-masing induk. Jika dalam waktu relative lama tida ada rasa tertarik, silahkan ganti pasangannya. Jangan dipaksa, wong bukan jaman siti nurbaya lagi kok..



2. Mandi bareng


Jika kita lihat jantan dan betina sudah mulai mengenal dan ada benih-benih saling tertarik ditandai jantan berusaha untuk memainkan makanannya dan membawa-bawa makanannya di paruhnya (tidak langsung ditelan). Dan berusahan untuk memanggil-manggil betina agar mau disuapi. Selain itu tandanya adalah, jika tidur, jantan dan betina berdekatan. Berarti sudah saatnya kita coba untuk mandi bareng dalam 1 keramba. Selama mandi, perhatikan tingkah laku induk, jika terjadi perkelahian, segera pisahkan kedua indukan dan cobalah lagi nanti. Apabila sudah dicoba beberapa kali masih berkelahi, maka ganti pasangan tersebut, dan mulai langkah awal lagi. (susah bener yah...). Tapi apabila akur-akur aja maka masuk ke step selanjutnya.




3. Gabungkan kedua indukan dalam 1 kandang

Nah, jika sudah beberapa kali mandi bareng dan akur-akur saja, maka coba gabungkan kedua indukan dalam 1 kandang. Coba kandang soliter dulu, dan tempatkan tempat sarang yang bisa terbuat dari anyaman bambu atau batok kelapa, dan letakan media pembuat sarang seperti jerami, sabut kelapa atau daun cemara kering. Dan yang mesti diperhatikan adalah, selama 1 hari pertama penggabungan kedua induk ini, pantau terus dan jangan sampai lengah. Jika terjadi perkelahian, segera pisahkan dan ulangi proses awal... (mampus lo jon.... balik ke awal lagi.. heheheh ). Nah untuk itu lakukanlah penggabungan ini pada hari libur bagi peternak seperti ane yang masih nguli..



4. Pelepasan ke kandang ternak

Selama 1-2 hari sejak digabungkan kedua indukan rukun-rukun saja, bahkan jantan mulai sibuk membuat sarang dengan diselingi merayu dan menyuapi betina, maka bisa terus malanjutkan beternak dengan kandang soliter tersebut dengan konsekuensi harus rajin menaikan dan menurunkan kandang untuk memandikan pasangan tersebut di keramba dan membersihkan kandangnya dan juga melakukan penjemuran agar pasangannya tetap sehat selalu atau lanjut dengan step selanjutnya yaitu melakukan pelepasang ke kandang permanent dengan alas tanah, dimana kita tempatkan di kandang tersebut pohon kecil sebagai peneduh dan tempat mandinya. Ukuran kandang minimal p x l x t = 1 m x 0.6 m x 2 m. Posisi kandang juga harus mempunyai sirkulasi udara yang baik dan pencahayaan matahari yang baik.

Ini bos ane sedang melakukan pemantauan pada saat pelepasan pertama pasangan AK yang sudah jodoh di kandang soliter



Perlu diperhatikan, pelepasan pasangan di kandang permanent harus juga dipantau seharian persis pada saat penggabungan, karena bisa jadi jantan atau betina tiba-tiba berubah buas dan mengajak pasangannya untuk berkelahi, makanya lakukan dihari libur untuk orang-orang seperti ane yang kudu nguli setiap hari kerja. . Jika pasangan berkelahi, mohon ma'af ulangi dari awal lagi.. : (walah..... kapok-kapok deh... ). Tapi jika selama 1-2 hari rukun-rukun saja, maka selamat proses penjodohan sudah selesai dilakukan.

III. Masa Berkembang biak

1. Penyiraman dan penyejukan iklim kandang

Nah agar pasangan cepat bertelor, usahakan susana kandang nyaman dan sejuk. Untuk itu lakukan penyiraman setiap hari pagi dan sore ke dalam kandang untuk membasahi alasnya sampai benar-benar becek. Dan jangan lupa bersihkan tempat mandi paling tidak 3 hari sekali agar tetap bersih. Dan ganti air mandinya.

2. Pakan

Selain itu, asupan gizi harus terpenuhi



Pakan yang selalu diberikan adalah
1. Voer, dalam hal ini jadikan voer sebagai pakan selingan, bukan pakan pokok.
2. Cacing, sebagai pakan yang harus selalu tersedia, kalau ane tidak membatasi jumlah cacing. Caranya ane tinggal taruh cacing dalam baskom sebanyak-banyaknya, dan tentu saja baskomnya sudah diberi media untuk cacing agar cacing hidup dan awet. Jadi biarkan AK mengais sendiri cacing tersebut sesuai kebutuhannya.
3. Jangkrik, kalau ane pada awal masa penjodohan untuk mendongkrak birahi ane memberikan jangkrik sebanyak 30 ekor pagi dan 30 ekor sore. Tapi setelah telor pertama, porsinya ane kurangi menjadi 10 ekor pagi dan 10 ekor sore.
4. Kroto, selain jangkrik, kroto juga ane berikan 1 cepluk setiap pagi
5. Buah-buahan, bisa pisang, pepaya, apel sebagai tambahan vitaminnya.

3.Penyusuan sarang

Jika pasangan sudah mulai birahi maka mereka mulai menyusun sarangnya, dan kalau jeli, ane sempat mengintip mereka kawin yang biasanya dilakukan pada pagi hari atau sore hari setelah mandi.

Nah sarangnya kayak gini nih...



4. Bertelur

Jika beruntung sejak pasangan tersebut kawin, dalam tempo 4-10 hari pasangan tersebut akan bertelur.. hehehe senengnya. Telur biasanya 2-4 butir



Nah pada masa ini, porsi jangkrik silahkan kurangi...

5.Masa Mengerami

Jika sudah bertelur, induk akan mulai mengerami, dengan tekun induk betina akan mengerami telornya dengan kasih sayang, dan jantan akan menyuplai makanan ke induk betina dengan cara menyuapi. Sekali-sekali dalam 2-3 hari sang induk betina akan turun dari sarang untuk mandi, biar seger dan fresh lagi. Masa mengerami ini untuk AK selama 14 hari. Jadi sabar yah.... jangan suka ngintip, ntar malah ganggu



6.Beranak

Sekali lagi jika beruntung, dalam waktu 14 hari sejak induk betina pertama kali mengeram telornya, maka telor-telor akan menetas. Dan apabila tidak menetas, jangan khawatir dalam tempo 1-2 minggu sejak telor yang tidak menetas kita angkat, pasangan akan beterlor lagi... Yang jelas sabar aja

Walah senengnya lihat bocah-bocah AK ini



7.Pasang Ring dan pelolohan pakan

Sebagai tanda bahwa AK hasil ternakan, bisanya penangkar memasang ring pada anakan AK. Pemasangan ring bisanya dilakukan pada usia 5-10 hari. Ini tergantung besar dan kecilnya diameter ring. Kebetulan ring ane ngepres banget, maka ane lakukan pada usia 5 hari, sekalian anakannya ane sapih dan suapi sendiri. Jika ada yang sibuk, setelah pasang ring silahkan kembalikan anaknya ke sarang induknya agar sang anak di loloh oleh induknya hingga bisa makan sendiri, tapi konsekuensinya anakan jadi lebih liar dan induk juga nelornya tertunda.

Kalau ane lebih senang loloh sendiri, pakan yang ane loloh adalah cacing, dan bubur dari campuran voer dan kroto yang ane aduk dan campurkan air panas biar lembek. pemberian pakan ane lakukan 1/2 jam sekali. Selain itu jangan lupa juga diberi minum yah...



8.Anak belajar terbang dan keluar dari sarang

Umur 12-14 hari, anak AK mulai tidak betah dalam sarang, maklum body udah bongsor, mereka mulai keluar dan belajar terbang, pada saat ini, ane cuma bisa tersenyum bahagia




9. Anak mulai makan sendiri

Anak AK mulai makan sendiri pada usia 1-2 bulan, Biasanya pada usia ini juga anak di ajarkan untuk mandi dikeramba dan mulai dilakukan penjemuran. Jangan lama-lama dulu jemurnya, cukup 1/2 jam saja di pagi hari.




Gitu deh cara berternak AK ala medang... Moga bermanfaat sharing ini... Kunci suksesnya cuma 5 yaitu sabar.. sabar... sabar.. sabar.. dan sabar





Sumber  : http://www.kicaumania.or.id