Sebelumnya, Om Kicau sudah pernah mengupas aktivitas Om Joko dan TJM BF Bogor, baik sebagai penangkar kenari bongsor (khususnya jenis YS) maupun importir kenari YS, serta telah menghasilkan sejumlah kenari jawara tingkat nasional.
Para peternak kenari memang punya orientasi berbeda dalam menjalankan
usahanya. Ada yang mendongkrak produktivitas induk dengan memanen
anakan umur 1 minggu, supaya pasangan induk kembali menghasilkan telur
dan anakan.
Ada juga peternak yang membiarkan anakan kenari dirawat sepenuhnya
oleh induknya, sehingga pemilik / perawat tak perlu melolohnya atau
menerapkan metode hand feeding. Konsekuensinya, pasangan induk kenari tidak bisa segera berproduksi kembali, sehingga produktivitasnya rendah.
Nah, Om Joko TJM mencoba mencari jalan tengah, yaitu bagaimana dia
dan krunya tidak direpotkan dengan aktivitas hand feeding yang butuh
kontinuitas, konsistensi, kesabaran, dan keuletan tersendiri. Sebab
ketika piyik kenari masih berumur 1-2 minggu, frekuensi pelolohan sangat
tinggi, setiap jam harus diberi pakan.
Di sisi lain, Om Joko berfikir, bagaimana produktivitas pasangan
induk tetap tinggi meski peternak tak melakukan hand feeding. Jalan
tengah yang dimaksud adalah memanfaatkan kenari lainnya sebagai induk
asuh, baby sitter, atau sering disebut ekstrem sebagai kenari babuan.
Pemanfaatan kenari babuan sebenarnya sudah diterapkan beberapa
peternak, tetapi belum terlalu banyak. Berbeda dari sebagian besar
penangkar perkutut yang telah menerapkan metode ini.
Semoga bermanfaat.
Sumber Om Kicau
Tidak ada komentar:
Posting Komentar